A. PEWARNA MAKANAN
Perlu diwaspadai ketika membeli makanan dengan pemberian
warna yang sedemikian menarik karena berbagi jenis makanan modern seperti kue,
permen, minuman suplemen, makanan ringan, eskrim dan makanan-makanan instan
lainya cenderung mengandung bahan pewarna tambahan (aditif) dengan kadar yang
tinggi. Pewarna makanan ada yang alami dan ada pula yang buatan, Pewarna alami
adalah pigmen – pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani, bakteri, dan
alga. Pigmen tersebut antara lain:
1. Antosianin (oranye, merah, biru)
2. Betasianin dan betanin (kuning dan merah)
3. Karotenid (kuning, merah, dan oranye)
4. Klorofil (warna hijau sampai hijau kotor)
5. Flavoid (kuning)
6. Tanin (kuning)
7. Betalain (kuning dan merah)
8. Kuinon (kuning sampai hitam)
9. Xantin (kuning)
10. Pigmen heme (merah dan cokalt)
Beberapa faktor mengapa orang-orang menggunakan pewarna
pada makanan diantaranya:
1. mengimbangi pemudaran warna karena paparan cahaya,
udara, perubahan suhu dan kelembabpan
2. memperbaiki variasi warna
3. menguatkan warna yang terjadi secara alami
4. mewarnai bahan makanan yang tak berwarna
5. membuat makanan lebih menarik sehingga mengundang
selera
Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitian yang
diterbitkan di jurnal medis terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat
pewarna makanan meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun,
Hiperaktivitas adalah suatu keadaan dimana anak memiliki kesulitan untuk
mengontrol perilaku dan memusatkan perhatian sehingga timbul aktivitas yang
berlebih dan tak terkendali.
Beberapa jenis pewarna buatan yang terkenal dan beberapa
efek samping yang ditimbulkannya :
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan
dalam makanan dan obat-obatan. Yang berakibat meningkatkan hiperaktivitas anak,
pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang dan menimbulkan efek samping
langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura
(kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Zat ini akan lebih berbahaya
lagi pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow dapat ditemukan dalam makanan seperti jus
jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan.
Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan
urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. zat
ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan
kerusakan kromosom, namun Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak
menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang karena konsumsi Sunset Yellow.
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam
berbagai produk seperti: selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Zat tersebut
berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, dan dianggap karsinogenik (penyebab
kanker) di beberapa negara.
4. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sinetis merah jingga yang banyak
digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas
terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. dalam studi itu, 52% telah
menderita gatal-gatal atau ruam kulit.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti
es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara karena
meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.
Beberapa pewarna alami adalah sebagai berikut :
a. Klorofil
Klorofil adalah zat warna alami hijau yang umumnya
terdapat pada daun.. Terdapat dua jenis klorofil yang telah berhasil diisolasi
yaitu klorofil a dan klorofil b. keduanya terdapat pada tanaman dengan
perbandingan 3:1. Klorofil a termasuk dalam pigmen yang disebut porfirin;
hemoglobin juga termasuk di dalamnya.Klorofil a mengandung atom Mg yang diikat
dengan N dari dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua atom N dari
dua cincin pirol lainmelalui ikatan koordinat; yaitu N dari pirol yang
menyumbangkan pasangan elektronnya pada Mg (pada gambar dinyatakan dengan garis
putus-putus).
b. Mioglobin dan Hemoglobin
Mioglobin dan hemoglobin ialah zat warna merah pada daging
yang tersusun oleh protein globin dan heme yang mempunyai inti berupa zat besi.
Heme merupakan senyawa yang terdiri dari dua bagian yaitu atom zat besi dan
suatu cincin plana yang besar yaitu porfirin. Porfirin tersusun oleh empat
cincin pirol yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan jembtan meten. Heme
juga disebut feroprotoporfirin. Baik hemoglobin maupun mioglobin memiliki
fungsi yang serupa yaitu berfungsi dalam transfor oksigen untuk keperluan
metabolisme.
c. Karotenoid
Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning,
oranye, merah oranye yang terlarut dalam lipida (minyak), berasal dari hewan
maupun tanaman, misalnya fukoxanthin yang terdapat didalam lumut, lutein,
violaxanthin, dan neoxanthin terdapat pada dedaunan, likopen pada tomat,
kapsanthin pada cabe merah, biksin pada annatto, caroten pada wortel, dan
astazanthin pada lobster.
B. PENGAWET MAKANAN
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan
mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat
merusak makanan. Ada
dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan).
. Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam,
misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan
ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk
atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi
waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.
Maksud dan tujuan dari pada penggunaan bahan pengawet
makanan adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau
bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah
makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan
tersebut.
Fungsi pengawet adalah:
• mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan
pertambahan waktu
• menjaga kualitas yang memadai
• sebagai penambah daya tarik makanan
Tiga macam zat pengawet:
1. GRAS (General Recognized as Safe) bersifat alami, aman,
dan tidak menimbulkan efek racun.
2. ADI (Accpeptable Daily Intake) ditetapkan batas
penggunaanya untuk melindungi konsumen
3. Zat yang tidak layak untuk dikonsumsi contoh: boraks,
formalin, dan rhodamin – b.
Bahan pengawet buatan yang tidak diperbolehkan adalah
formalin dan boraks.
1. Formalin (Formaldehyde solution)
Merupakan suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam
yang mengandung lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan
mineral 10-15 % sebagai pengawet, Penggunaan formalin seharusnya untuk Pembunuh
kuman, sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian;
Pembasmi lalat dan berbagai serangga, bahan pada pembuatan sutra buatan, zat
pewarna, cermin kaca dan bahan peledak; Dalam dunia fotografi biasanya
digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas; Bahan untuk pembuatan
produk parfum; Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku; Bahan untuk
insulasi busa; Pencegah korosi untuk sumur minyak dan Bahan perekat untuk
produk kayu lapis (plywood). Namun sungguh mengerikan karena saat ini marak
digunakan formalin sebagai sering digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie
basah sehingga dapat menyebabkan kanker paru-paru, gangguan pada jantung,
gangguan pada alat pencernaan, gangguan pada ginjal dll.
Bahaya formalin pada kesehatan: Dalam jangka pendek
(akut), bila tertelan formalin maka mulut, tenggorokan dan perut terasa
terbakar, sakit menekan, mual, muntah dan diare, dapat terjadi pendarahan,
sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi, (tekanan darah rendah), kejang,
tidak sadar hingga koma. Disamping itu formalin juga menyebabkan kerusakan
jantung, hati, otak, limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal. Jangka
panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek
sampingnya tampak setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin
dalam tubuh. Timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa
terbakar pada tenggorokan, dan rasa gatal di dada. Pada hewan percobaan dapat
menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker).
Tanda dan gejala keracunan formalin: Menyebabkan rasa
terbakar pada mulut, saluran pernafasan dn perut, sulit menelan, diare, sakit
perut, hipertensi, kejang dan koma. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan saraf pusat dan gangguan ginjal. Berdasarkan temuan
patologis, formaldehid merusak jaringan dan menyusutkan selaput lendir, juga
merusak hati, ginjal, jantung dan otak.
Pertolongan pertama pada keracunan formalin
Bila tertelan, berikan arang aktif (norit) bila tersedia.
Jangan lakukan rangsangan muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko
trauma korosif pada saluran cerna atas. Bila gejala masih berlanjut bawa
penderita ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin
a. Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin:
1) Tidak rusak sampai lebih dari sebulan pada suhu kamar
(25 derajad celcius),
2) Warna bersih dan cerah,
3) Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur,
4) Tidak dihinggapi oleh lalat bila ditaruh ditempat
terbuka.
b. Ciri-ciri tahu yang mengandung
formalin:
1) Tekstur lebih kenyal
2) Tidak mudah hancur
3) Lebih awet dan tidak mudah busuk
4) Beraroma menyengat karena ada formalin.
c. Ciri-ciri mie basah yang mengandung formalin:
1) Tampak sangat berminyak
2) Lebih awet dan tidak mudah basi
3) Beraroma menyengat karena ada formalin.
d. Ciri-ciri ikan basah yang mengandung formalin:
1) Warna putih bersih dan tekstur kenyal
2) Insang berwarna merah tua bukan merah segar
3) Lebih awet dan tidak mudah busuk.
e. Ciri-ciri ayam yang mengandung formalin:
1) Warna putih bersih
2) Lebih awet dan tidak mudah busuk.
2. Boraks
Penggunaan boraks atau pijer atau kie dapat merupakan
garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri
nonpangan khususnya industry kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas
pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk
pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara
tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks
digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong,
ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap. Bakso yang menggunakan boraks
memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan
banyak daging disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks
kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung
berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit
dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam
tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta
sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan
gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu
makan, gangguan pada kulit, gangguan pada otak, gangguan pada hati, lemak, dan
ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya
urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
Dengan gejala sebagai berikut:
a. Tanda dan gejala akut
- Muntah
- diare
- merah dilendir
- konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker
Bahan pengawet yang aman dipakai, namun bahaya jika
terlalu berlebih:
a. Kalisum benzoate
Pengawet ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri penghasil
racun, bakteri spora, dan bkateri bukan pembusuk, Bahan ini menimbulkan kesan
aroma fenol, Bahan pengawet ini digunakan untuk mengawetkan minuman ringan,
minuman anggur, saus sari buah, siro, dan ikan asin. Dampak negatif dari bahan
ini adalah menimbulkan asma bagi penderitannya.
b. Sulfur dioksida (so2)
Digunakan pada sari buah, buah kering, sirop, dan acar.
Bahan ini berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma,
mutasi genetik, kanker, dan alergi.
c. Kalium nitrit
Bahan ini berwarna putih dan kuning, yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu singkat. Efek
samping dari bahan ini adalah kesulitan bernafas, sakit kepala, anemia, radang
ginjal, dan muntah–muntah.
d. Kalsium propionat/natrium propionat
Keduannya termasuk golongan asam propionat, yang digunakan
untuk mencegah jamur atau kapang. Bahan ini menyebabkan migren, kelelahan, dan
insomnia.
e. Natrium metasulfat
Digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan ini
menyebakan alergi pada kulit.
f. Asam sorbet
Digunakan pada prduk jeruk, keju, salad buah, dan produk
minuman. Bahan ini bisa menyebabkan perlukaan kulit.
Bahan–bahan pengawet yang berbahaya antara lain:
1. Natamysin, yang digunakan pada produk daging dan keju,
yang menyebabakan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit.
2. Kalium asetat, digunakan pada makanan yang asam dan
bisa menyebabkan rusaknya ginjal.
3. Butil hidroksi anisol (bha), biasanya terdapat pada
daging babi dan sosis, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan
teh instan.
C. PEMANIS MAKANAN
Bahan pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan buatan
yang ditambahkan pada makanan dan minuman untuk menciptakan rasa manis. Suatu
senyawa untuk dapat digunakan sebagai pemanis jika larut dan stabil pada
kisaran pH yang luas, stabil pada kisaran suhu yang luas, mempunyai rasa manis
dan tidak mempunyai side atau aftertaste dan murah, setidaknya tidak melebihi
harga gula (sukrosa). Senyawa yang mempunyai rasa manis strukturnya sangat
beragam tetapi mempunyai kemiripan sistem donor/akseptor proton (sistem AH/B)
yang cocok dengan sistem reseptor (AH/B) pada indera perasa manusia. Beberapa
pemanis buatan yang sering digunakan adalah:
1. Sakarin
Tingkat kemanisan sakarin adalah 300 kali lebih manis
daripada gula. Karena tidak mempunyai nilai kalori, sakarin sangat populer
digunakan sebagai pemanis makanan diet.
2. Siklamat
Tingkat kemanisannya 30 kali lebih manis daripada gula dan
tidak memberikan after taste. Siklamat dilarang penggunaannya karena produk
degradasinya yaitu sikloheksil amina bersifat karsinogenik. Hidrolisis tersebut
terjadi akibat kegiatan ezim yang dihasilkan pada sistem pencernaan
monogastrik.
3. Aspartam
Aspartam atau metil ester dari L-aspartil-L-fenilalanin
merupakan pemanis yang mempunyai nilai kalori karena aspartam merupakan suatu
dipeptida dengan kadar kemanisan yang tinggi (200 kali sukrosa). Karena
merupakan dipeptida, Asapartam mudah terhidrolisis, mudah mengalami reaksi
kimia yang biasa terjadi pada komponen pangan lainnya dan mungkin terdegradasi
oleh mikroba. Hal tersebut tentunya merupakan limitasi penggunaan aspartam pada
produk-produk pangan berkadar air tinggi. Jika mengalami hidrolisis aspartam
akan kehilangan rasa manisnya. Di dalam makanan aspartam dapat mengalami
kondensasi intramolukuler menghasilkan diketo piperazin.
Biasanya digunakan untuk es cream
4. Asesulfam K.
Asesulfam K adalah senyawa
6-metil-1,2,3-oksatizin-4(3H)-on-2,2-dioksida atau merupakan asam asetoasetat
dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan asesulfam adalah 200 kali lebih manis
daripada sukrosa. Pengujian laboratorium telah membuktikan bahwa sesulfam K
tidak berbahaya bagi manusia dan stabilitasnya selama pengolahan sangat baik.
Sedangkan zat pemanis alami dibedakan menjadi:
1. Pemanis nutrifi
Pemanis alami yang menghasilkan kalori. Berasal dari
tumbuhan, hewan, dan
hasil pengurain karbohidrat. Pemanis ini bisa
mengakibatkan obesitas.
2. Pemanis nonnutriffi
Pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Berasal dari
tumbuhan dan dari
kelompok protein
D. PENYEDAP RASA PADA MAKANAN
Kalau kita ingin melihat pencemaran makanan karena zat
kimia, yang paling nyata adalah pada jajanan anak-anak. Jajanan anak-anak
seringkali dan pada umumnya mengandung penyedap rasa vetsin atau MSG
(monosodium glutamate) dengan takaran yang tinggi tak terkendali!
Penyedap rasa merupakan setiap substansi yang menambah
cita rasa atau bau dan dibuat dengan proses sintesis atau buatan yang serupa
bila ditambahkan dalam bahan pangan. Setiap penyedap yang dari alam tidaklah
dianggap sebagai penyedap buatan (Desproiser, 1988). Setiap penyedap rasa yang
ditambahkan kedalam bahan makanan harus di tampilkan dalam etiket atau label,
tanpa melihat jumlahnya dengan cukup menuliskan artificial flavoring. Beberapa
jenis penyedap rasa buatan yang sering ditambahkan adalah kalsium siklo heksil,
kalsium sakarin, sakarin, natrium sikloheksil sulfamat, natrium sakarin. Zat
ini dibedakan menjadi zat penyedap aroma dan penyedap rasa. Zat penyedap aroma
buatan terdiri dari senyawa golongan ester, antara lain oktil asetat, iso amil
asetat, dan iso amil valerat. Zat penyedap rasa terdiri dari monosodium
gulmate. MSG berlebihan bisa menyebabkan “restoran cina”.
Bahaya Penyedap Rasa Buatan ( MSG ) Bagi Kesehatan
Ø SHIMIZHU dkk, yang mengadakan penelitian pada tahun
1971 melaporkan bahwa MSG yang diberikan kepada anak ayam yang dicampurkan pada
air minumannya menyebabkan matinya anak ayam tersebut disebabkan ginjalnya
rusak.
GREENBERG dkk.
(1973) melaporkan hahwa Tikus kecil yangØ
diberi pakan MSG ketahuan sel-sel darah putihnya berubah berupa sel-sel kanker.
SNAPIR dkk. (1973 )
melaporkan bahwa anak ayam sudah diberiØ MSG,
jumlah sel otaknya berkurang 24% dibanding dengan anak ayam yang normal tanpa
diberi MSG.
Institut Penelitian
Dan Pencegahan. UntukØ kesehatan Nasional dari
Kementrian Kesehatan Jepang sudah mengadakan percobaan dengan jalan memberi
larutan MSG 2% terhadap beberapa anak ayam. Ketahuan hahwa anak Ayam tersebut
semuanya mati.
Sedang yangØ
dilaporkan oleh Baptist (1974) yaitu : ” MSG di Singapura menyebabkan penyakit
radang hati dan menurunkan tingkat kecerdasan (IQ) bagi anak-anak sekolah.
Penelitian di
Indonesia yang dilakukan oleh Dr.Ø Iwan
T. Budiarso yang hasilnya yaitu : anak Ayam dan Anak Bebek yang diberi MSG itu
mati. Sedangkan anak Ayam yang sudah agak besar seperti yang dibius, jalannya
tidak normal, dan rupa-rupa gejala lainnya.
Ø Masih banyak penilitian-penelitan yang membuktikan
bahwa MSG itu positif menimbulkan kelainan terhadap hewan-hewan yang dibuat
percobaan.
Sedangkan penelitian yang mengatakan MSG itu tidak
menyebabkan mengganggu kesehatan, datangnya dari catatan ilmiah Dr. Achmad
Ramli. Kctua Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara Dep. Kes. R.I. juga dari
Lembaga Farmasi Nasional Kesehatan R.I. dan Kepala Balai Penelitian Kimia P.N.
NUPIKAYASA menyatakan bahwa MSG tidak menimbulkan hahaya terhadap kesehatan
kalau dalam pemakaiannya sewajarnya. Tapi ini penelitian pada tahun 1962
sedangkan penelitian yang menemukan adanya pengaruh itu pada tahun 1969 . Oleh
sebab itu tentu penelititahun 1962 perlu ditanya akan bonafiditasnya.
WHO pun tidak
tinggal diam, hasil penelitian yangØ
berupa rekomendasi yang disampaikan pada sidang CODEX ALIMENTARY COMMISSION (CAC)
tahun 1970 menyebutkan hahwa MSG berupa makanan sehari-hari, bisa dipakai
paling banyak 6 mg/kg berat badan manusia dewasa. Jadi kalau berat hadannya
50kg, seharinya tidak boleh lebih dari 2 gram. Di Amerika, dan di Singapura ada
peraturan yang menyebutkan tidak boleh ditambahkan terhadap makanan bayi dan
terhadap makanan yang sudah jadi (instant). Makanan harus memakai takaran yang
sudah ditentukan dan menyampurkannya pun harus dibatasi